RBT (Risk Base Thinking)
✅ Apa itu Risk-Based Thinking?
Risk-Based Thinking adalah pendekatan dalam manajemen yang mengharuskan kita untuk:
-
Mengenali risiko (hal-hal yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan).
-
Menilai dan mengendalikan risiko (supaya dampaknya bisa diminimalkan).
-
Memanfaatkan peluang (hal-hal yang bisa mempercepat pencapaian tujuan).
📌 RBT bukan hanya tentang risiko negatif, tapi juga bagaimana kita berpikir proaktif untuk mengantisipasi masalah dan menangkap peluang.
🎯 Mengapa Risk-Based Thinking Penting?
✔ Mencegah masalah sebelum terjadi (bukan hanya memperbaiki).
✔ Meningkatkan kepercayaan pelanggan, karena organisasi lebih siap menghadapi ketidakpastian.
✔ Mendukung keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
✔ Jadi persyaratan wajib di standar ISO terbaru seperti ISO 9001:2015 dan ISO 37001:2016.
📂 Langkah-Langkah Risk-Based Thinking
-
Identifikasi risiko & peluang
-
Apa yang bisa salah?
-
Apa peluang yang bisa kita ambil?
-
-
Analisis risiko
-
Seberapa besar kemungkinan (probability) terjadinya?
-
Seberapa parah dampaknya (severity)?
-
-
Rencanakan tindakan
-
Mitigasi risiko (mengurangi atau menghilangkan).
-
Ambil peluang yang ada.
-
-
Monitor & evaluasi
-
Apakah tindakan kita efektif?
-
📝 Contoh Risk-Based Thinking di Perusahaan
🔸 Konteks: Sebuah perusahaan sedang menuju sertifikasi ISO 37001 (Anti Bribery).
-
Risiko: Pegawai bisa saja menerima suap dari vendor.
-
Analisis:
-
Kemungkinan = Tinggi (banyak vendor yang ingin lolos tender).
-
Dampak = Parah (bisa merusak reputasi).
-
-
Tindakan:
-
Buat kebijakan anti-suap & kode etik.
-
Latih karyawan tentang kepatuhan hukum.
-
Pasang whistleblowing system.
-
🔑 Perbedaan RBT dengan Risk Management
Risk-Based Thinking | Risk Management |
---|---|
Pendekatan umum dan mindset | Proses formal dan sistematis |
Wajib di semua proses | Biasanya ada divisi khusus risiko |
Sering dipakai di ISO | Lebih luas, tidak hanya ISO |